Inginku menjadi kekasih yang halal baginya
“Cieee.. Yusuf, jangan malu-malu ah! Mumpung ada kesempatan tuh nanya sama Ifah.”
Sontak telinga Via memerah, untung saja Via berkerudung sehingga perubahan drastis warna telinganya tak terdeteksi oleh siapapun.
Jadi, selama ini Yusuf ke Ifah?
Hati Via bergemuruh hebat. Lalu, apa arti semua sikapnya selama ini? Sibuk ia memutar film pendek ekslusif yang hanya bisa ia saksikan dalam kepalanya sendiri. Mulai dari Yusuf yang seringkali tertangkap basah memperhatikannya hingga Yusuf yang seringkali memulai chatting ketika mereka berdua bertemu di layar fesbuk (Ingat, ini film buatan Via yang mungkin hanya fiksi belaka).
Kukira dia selama ini padaku, tapi kok Ifah?
Sibuk, Via-Via kecil dalam kepalanya mencoba meraih lembaran-lembaran kisah yang mungkin dapat memberi penjelasan rasional atas apa maksud kejadian tadi. Gagal. Yang mereka temukan hanyalah rumus-rumus Statistika yang pagi tadi berpuas diri menguasai 100% kesadaran Via.
Ya sudahlah, di rumah saja lanjutin kerjanya ya. Yuk yuk, Via-Via kecil, istirahat dulu.
****
Nyatanya, hari-hari selanjutnya masih tak bersahabat dengan sisi merah jambu Via. Sang pujangga hati, setidaknya begini yang Via rasa, semakin menjauh. Doi tak pernah lagi memulai chatting, padahal nyata-nyata nama Via muncul di daftar chat teratas (Ituloh, tampilan chat fesbuk yang baru, yang kalau chat, ada daftar nama teman yang, entah bagaimana tadinya, memiliki hak istimewa, meskipun namanya dimulai dari huruf V, namun karena hak istimewa tadi, namanya muncul di deretan teratas daftar chat. Terbayang?). Via kalang kabut, sikapnya yang sebelah mana yang salah hingga membuat si doi putar arah begitu. Memang, selama ini tak ada seorang pun yang tahu bahwa Via menyimpan perasaan khusus pada Yusuf. Via bukan tipe orang yang begitu mudahnya mengekspresikan gejolak hatinya. Ia juga telah diwanti-wanti oleh kedua orangtuanya agar tidak menjalin hubungan non-pernikahan (pacaran, maksudnya). Yah, tapi dasar remaja tanggung. Meski ia sadar benar akan pesan itu, tetap saja ia berharap suatu saat nanti sang kecengan akan menyatakan cinta dan meminta ia menjadi pacarnya. Luar biasa, saking dahsyatnya pengaruh membutakan si virus. Kembali, Via memutar film yang ia sutradarain. Buntu. Hingga akhirnya sebuah kalimat ter-pop up begitu saja dalam kesadarannya.
Oke, kuberi kesempatan untuk setiap bukti yang ingin numpang lewat dalam situasi ini. Sepuluh hari lagi, harus diputuskan, apakah aku harus mundur apa maju. Siaaaap gerak !!
****
Tiga hari berlalu, tak ada peningkatan, batin Via. Apalah ini, aku tersiksa sendiri, sementara dia? Dia ngapain, Vi? Gatau juga dah.
Hari-hari dengan anggun berlalu, Via semakin terbiasa dengan ‘perubahan’ sikap kecengannya itu. Kalimat ‘bukan jodoh’ menjadi tagline hari-hari Via. “Siapa yang ingin mendapatkan jodoh yang sholeh, acungkan tangannya?” ucap Om Mario dalam acara mingguannya di Metro TV, MT Golden Ways. “Saya, Om!!” teriak Via dengan semangatnya, meski om Mario sama sekali tak mampu melihatnya malam itu (wong Via nontonnya di rumah).
****
Rabu, 2 Januari 2013
Kalau dihitung-hitung, ini hari ke-delapan pasca Via mengazzamkan niatannya untuk mundur atau maju. Namun, hari itu benar-benar berbeda. Malam hari sebelumnya, Sang Maha pembolak-balik hati mempertemukannya dengan sang, setidaknya begini yang dianggap Via, calon imam (dalam mimpi maksudnya). Bukan orang asing, tapi bukan juga orang yang biasa menghiasi hari-harinya. Namun nyatanya, mimpi itu berhasil memberikan dampak yang luar biasa berbeda.
Sekarang saja, kau tanya saja ia tentang Yusuf, sang pujangga hati pra-2 Januari, takkan lagi kau temukan wajah memerah dan kata kaku Via. Mimpi itu membuatnya mencintai sosok baru, yang berbeda. Ciyus? Sungguh! Kali ini berbeda. Tak ada hasrat sama sekali untuk, setidaknya yang remaja sekarang kenal, PDKT (lah, wong dulu-dulu saja tak pernah). Tidak, sungguh!! Mimpi itu membuat Via memaknakan cinta secara berbeda, tanpa kegalauan. Delapan belas tahun berkelana di dunia, Via baru menyadari bahwa selama ini perasaan yang ia pendam untuk Yusuf adalah cinta yang salah. Bukankah cinta adalah sumber kebahagiaan? Lantas bagaimana bisa menjadi sumber kebahagiaan apabila perasaaan itu secara disiplin membuatnya tersiksa. Satu waktu bahagia, sedang banyak waktu lainnya terombang-ambing dalam ketidakpastian. Seperti apa rincinya bagaimana kronologi mimpi Via, tak bisa saya ceritakan karena nyatanya ia pun tak mampu menceritakannya. Jadi bagaimana saya? -,-
Cinta yang Via dapatkan lewat mimpi itu memang tak menjamin apapun tentang siapa calon imamnya nanti. Tapi setidaknya, Via menyadari satu hal. Cinta yang membahagiakan adalah cinta yang bersumber pada-Nya. Cinta yang dengan mencintainya, membuat Via semakin giat mendekat dan memburu cinta-Nya. Ya, terkesan klise, namun itulah yang kini ia rasakan. Berbeda, sungguh! Jika dulu ia berharap menjadi pacar sang kecengan, kini kata ‘pacar’ seakan telah menghilang dari kamus hidupnya.
“I don’t wanna be his girlfriend, that’s like a kid; I just wanna be his wife, that’s kind of Your Love,” kini merupakan kalimat pamungkas yang ia sampaikan dalam hening doanya.
Via, remaja tanggung yang menemukan arti cinta dalam kiasan bunga tidurnya.
“Rabb-ku, pertemukanku dengan ia yang terbaik dari-Mu, seseorang yang mampu mendidik dan membimbingku untuk terus mencintai-Mu. Aamiin”
Biarkan cintaku kuserahkan kepada Tuhanku
Tak pandai diri ini berlaku untuk sebuah rasa yang mahaindah itu
Aku takut keliru memaknainya hingga lalai dari cinta-Nya
Biarkan bait-bait hari jua yang kan menjawabnya
Entah kapan, pada hari yang tak pernah kuduga
Karena janji Allah itu mahabenar
Maka aku tak hendak menuntut pada sebuah catatan yang pasti
Karena cinta memang terlalu indah untuk dipuja
Karena aku terlalu lemah untuk menata rasa
yang kadang membuat diri ini lena dalam laku aneh yang tak terjaga
Ya, biarkan waktu jua kan menjawabnya
Entah kapan, entah siapa, entah bagaimana, aku tak mau mendahului-Nya
Biarkan cinta itu mengalir seperti sungai kehidupan yang akhirnya bermuara kepada DIa
Semua menjadi bait-bait cinta yang tersimpul untuk sebuah bangunan yang mahaindah
Ya, semua kan terjawab suatu hari nanti dalam jumpa yang indah
Allah, ajari aku cinta, cinta terindah dari bait-bait cinta
Yang senantiasa Kau senandungkan untukku
(Bait-bait cinta Mia, #BukanAkhwatBiasa)
Komentar
Posting Komentar