Top-Down Processing and Visual Object Recognition



Kita mengenal dua proses dalam pengenalan objek, yaitu proses bottom-up (data-driven processing) dan proses top-down (conceptually driven processing). Bottom-up menekankan pada pentingnya stimulus dalam pengenalan objek. Yakni lebih kepada sensori resptor, dimana terjadi masuknya semua informasi dari objek terutama informasi mengenai karakteristik objek tersebut. Informasi tersebut membentuk sebuah pergerakan proses dari level yang paling bawah (bottom) dan bekerja dengan cara up hingga mencapai proses kognitif di luar konteks visual primer. Jadi, proses ini lebih menekankan pada feature seperti halnya pengenalan objek berdasarkan komponen.
Lalu, proses selanjutnya yaitu proses top-down, yang menekankan pada bagaimana konsep serta tingginya level mental seseorang berpengaruh dalam pengenalan sebuah objek. Konsep, ekspektasi, dan memori lah yang membantu dalam pengenalan objek. Dengan kata lain, proses ini mirip dengan proses global-to-local yang mengutamakan konteks yang berkaitan dengan obyek tersebut dalam mengenalinya, misalnya dari bentuk kombinasi geon 3 dan 5 (pada gambar sebelumnya dalam teori RBC), kita akan lebih cepat mengenali bentuk kombinasi tersebut sebagai cangkir bila kita sedang berada di Cafe, dan akan mengenali itu sebagai gayung jika berada di kamar mandi. Hal itu terjadi karena pengalaman ataupun memori yang kita miliki. Jadi pada dasarnya, ekspektasi kita berada pada level yang lebih tinggi (top) dari proses visual yang bekerja dengan cara down mereka sehingga membantu kita dalam pemprosesan awal proses visual.
Proses bottom-up dan top-down diperlukan untuk menjelaskan kekompleksitasan dari pengenalan obyek.

Top-Down Processing and Reading
Salah satu fenomena terbesar dalam proses top-down ialah the word superiority effect, yangmana kita dapat mengenali satu huruf lebih akurat dan cepat ketika muncul dalam sebuah kata yang bermakna dibanding ketika muncul sendiri atau dalam sebuah kata tidak bermakna. Banyak teori yang berusaha menjelaskan bagaimana proses top-down dan bottom-up berinteraksi dalam menghasilkan efek superioritas kata (the word superiority effect). Salah satu pendekatannya adalah Parallel Distributed Process (PDP). PDP atau conetionism ini berpendapat bahwa proses kognitif bisa dipahami dalam hal jaringan yang menghubungkan setiap unit terkait. Model PDP ini ialah “seseorang melihat features dalam kata, lalu features ini mengaktifkan unit-unit letter. Unit letter ini lalu mengaktifkan unit-unit kata di dalam kamus mental seseorang untuk pengkombinasian letter-lettertersebut”. Jadi, ketika unit kata itu aktif, maka rangsangan saraf umpan balik akan membantu dalam mengidentifikasi huruf tunggal. Hasilnya orang-orang dapat mengidentifikasi sebuah huruf relatif lebih cepat dibanding ketika melihat huruf tersebut dalam kata yang tidak berkaitan karena tidak adanya rangsangan umpan balik. Jadi, lebih mudahnya letterdikenali dalam sebuah kata yang berkonteks ini merupakan ilustrasi penting dari proses top-down. Selain itu, kalimat yang berkonteks juga akan memudahkan kita dalam mengenali sebuah kata.
Rueckl dan Oden mendemonstrasikan bahwa fitur dari stimulus dan konteks natural memengaruhi pengenalan kata. Demonstrasi ini menggunakan koordinasi dari dua proses. yaitu proses bottom-up  dan top-down, misalnya, satu set stimulus menggambarkan huruf a membentuk huruf r dan n. Dari beberapa stimulus, dihasilkan kata antara bears dan beans. Setelah itu, peneliti menggabungkannya dengan kata benda atau frase, seperti zookeeper, botanist. Hasilnya menunjukkan bahwa zookeeper akan melihat kata bears dan botanist melihat kata beans.
Hal ini menggambarkan bahwa fitur-fitur dari stimulus sangat penting karena pengenalan kata menggunakan proses bottom-up. Selain itu, konteks juga sangat penting karena konteks memengaruhi kita dalam mengenal kata. Huruf sebelumnya dalam kata membantu kita mengidentifikasi huruf-huruf lainnya lebih cepat dan kata-kata dalam sebuah kalimat membantu kita mengidentifikasi kata tunggal lebih cepat.

Overactive Top-Down Processing & Occasional Errors in Word and Object Recognition
Proses perceptual yang kita miliki menggunakan strategi rasional yang disebut dengan proses top-down, tetapi terkadang mereka bekerja berlebihan. Sehingga, orang-orang mungkin akan mengabaikan informasi penting yang dihadirkan oleh stimulus.
Mary Potter dan koleganya (1993) mengilustrasikan kelebihan kerja dari proses top-down. Orang-orang diminta untuk membaca daftar stimulus, dimana setengah dari stimulus tersebut adalah kata yang sebenarnya dan setengah lainnya adalah nonword yang dibuat dengan cara mensubstitusi vokal baru pada kata sebenarnya. Misal, dream menjadi droam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa orang-orang tersebut terbukti mengkonversi nonword menjadi kata sebenarnya dalam 42% dari percobaan. Proses top-down mereka bekerja berlebihan, dan mereka membaca dream, padahal kata sebenarnya adalah droam.
Overactive Top-Down Processing and Occasional Errors in Object Recognition
Kesalahan dalam pengenalan bukan hanya terjadi pada pengenalan kata, tapi juga terjadi dalam pengenalan objek. Peneliti menemukan gejala change blindness yang merupakan ketidakmampuan untuk mendeteksi perubahan di dalam objek atau tempat. Simons dan Levin melakukan percobaan mengenai stranger-and-the-door. Misal orang A menanyakan arah ke orang B, tiba-tiba ada seorang laki-laki membawa papan diantara mereka berdua sehingga papan tersebut menutupi orang A, lalu orang A diganti dengan orang C. Ternyata, hanya setengah yang menyadari bahwa orang A telah berganti menjadi orang C.
Secara umum, psikolog menggunakan istilah change blindness ketika seseorang gagal menyadari perubahan beberapa bagian dari stimulus. Selain itu, mereka juga menggunakan istilah inattentional blindness ketika seseorang gagal menyadari bahwa ada objek baru yang muncul.
Dalam kedua kasus diatas, kita sebenarnya menggunakan proses top-down ketika berkonsentrasi terhadap beberapa objek. Sehingga, ketika objek yang muncul tidak sesuai dengan konsep, ekspektasi, dan memori, orang-orang akan gagal untuk mengenali perubahan objek (change blindness) dan objek baru yang muncul (inattentional blindness).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persepsi Bicara

Latar Belakang Pengenalan Objek Visual