Bahasa Daerah, Perekat Cinta Pertiwi
“Bahasa Daerah tidak jadi dihapuskan dari kurikulum,” ucap Mendikbud pada Kamis lalu (3/1), setelah sebelumnya merebak wacana mengenai rencana penghapusan bahasa daerah dari Kurikulum 2013. Bahkan Hamid Hasan (Ketua Pengembangan Kurikulum 2013) menganggap bahwa penghilangan bahasa daerah adalah wajar, menilik kondisi masyarakat Indonesia yang heterogen sehingga penggunaan bahasa Indonesia dianggap lebih baik dibandingan bahasa daerah.
Globalisasi memang membuat batas antar negara seakan menghilang. Arus transfer informasi sudah seakan tanpa batas. Hal tersebut menuntut masyarakat Indonesia untuk melek teknologi, melek dunia Internasional, agar mampu bersaing dengan dunia yang seakan sudah tak berbatas, yangmana hal tersebut mengharuskan kita menguasai bahasa mereka, ya, bahasa asing. Maka, semakin banyaklah orangtua yang mengajari bahkan mengkursuskan anak-anaknya agar lancar berbahasa asing. Bahkan, bahasa Inggris diajarkan di semua tingkat sekolah, dari SD sampai Semester I di Perguruan Tinggi, sedangkan bahasa daerah, kebanyakan hanya diajarkan sampai kelas VI Sekolah Dasar, di tingkat SMP mulai jarang ditemui sekolah yang mengajarkan bahasa daerah kepada para muridnya. Alhasil, saat ini jarang sekali ditemui generasi muda yang masih awet menggunakan bahasa daerahnya, bahkan ada saja segelintir orang yang menganggap bahwa penggunaan bahasa daerah itu mencirikan sosok yang kampungan, mereka lebih suka cas-cis-cusmenggunakan bahasa asing, lebih keren katanya. Tragis!
Padahal, bahasa daerah merupakan perekat dengah tempat dimana kita lahir, ya, identitas diri. Bahasa daerah merupakan salah satu pengingat bahwa kita termasuk salah satu dari masyarakat heterogen milik bangsa Indonesia. Bahasa, itulah salah satu kekayaan bangsa ini. Tidak ada negara lain yang sekaya Indonesia dalam urusan bahasa. Saat ini, bangsa kita memiliki 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan oleh berbagai suku di negeri ini.
Ya, meskipun penggunaan bahasa asing dan melek informasi-teknologi mutlak diperlukan agar dapat bersaing di kancah dunia internasional, penggunaan bahasa daerah harus tetap diterapkan dan ditanamkan dalam jiwa generasi muda Indonesia. Saat globalisasi semakin mengaburkan batas antar negara dan bahkan ketika sampai mengaburkan identitas diri para generasi muda, bahasa daerah akan tetap membuat kita menyadari bahwa kita adalah bagian dari bangsa Indonesia.
Komentar
Posting Komentar