Family



Family Processes
Sosialisasi resiprokal merupakan suatu proses dimana remaja juga mensosialisasikan orangtua, sebagaimana orangtua mensosialisasikan mereka. Selama manusia tumbuh berkembang, ada suatu proses dimana kita membentuk suatu hubungan dengan lingkungan. Sisi itulah yang diangkat oleh para developmentalist sebagai developmental construction dimana ketika individu tumbuh ia mengembangkan cara-cara untuk berhubungan dengan orang lain. Ada dua variasi utama dalam pandangan ini, yaitu penekanan dalam kontinuitas-stabilitas dan penekanan dalam diskontinuitas-perubahan. Pandangan kontinuitas-stabilitas menekankan pada peran hubungan awal antara orangtua dan anak sebagai langkah dasar dalam berhubungan dengan orang lain sepanjang kehidupannya selanjutnya, sedangkan pandangan diskontinuitas-perubahan menekankan pada perubahan dan pertumbuhan hubungan yang dialami individu sepanjang waktu. Salah satu hal yang dapat memperngaruhi hubungan antara orangtua dan remaja adalah pubertas, dimana saat ini remaja mengalami berbagai perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Selain itu, hal-hal seperti keadaan ekonomi dan pekerjaan orangtua juga dapat mempengaruhi hubungan mereka dengan anak-anaknya.

Hubungan Remaja dan Emerging Adult dengan Orangtua Mereka
Orangtua memiliki berbagai peran dalam mengatur anak-anaknya, sebagai pembimbing dalam membuat keputusan, memaksimalkan potensi, mencarikan informasi, memberikan pilihan beserta konsekuensi yang mungkin terjadi, serta melakukan monitoring. Pola asuh dipengaruhi oleh etnis orangtua. Dianna Baumrid membagi pola asuh orangtua yang berkaitan dengan perilaku sosial remaja sebagai berikut authoritarian parenting, authoritative parenting, neglectful parenting, indulgent parenting. Konsep pola asuh tadi tidak menggambarkan reciprocal socialization. Selain itu, pembagian tersebut dianggap terlalu kaku dan mengkotak-kotakan karena pada kenyataannya, orangtua mengkombinasikan keempat pola asuh tersebut secara kondisional. Ibu dianggap sebagai orang yang paling bertanggungjawab dalam mengasuh dan membesarkan anak, sedangkan ayah lebih cenderung memiliki waktu yang lebih sedikit untuk anaknya.
Ketika anak beranjak remaja, muncul jurang pemisah antara orangtua dan mereka yang disebut dengan generation gap, dimana nilai-nilai serta tingkah laku remaja mulai menjauh dari yang orangtua miliki. Konflik banyak terjadi pada ibu dan anak perempuannya. Namun, konflik tersebut menurun pada fase remaja akhir.
Kemandirian remaja biasa dikonotasikan pada pengarahan diri sendiri dan kebebasan. Aspek kemandirian yang sangat penting ialah kemandirian emosi, yaitu kemampuan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada orangtua. Perbedaan gender mengkarakterisasi kemandirian pada masa remaja, yangmana anak laki-laki lebih mendapat kebebasan daripada anak perempuan. Selain mulai mandiri, remaja juga lebih mengembangkan keterkaitan. Attachmentini terbagi menjadi dua, yaitu secure dan insecure. Dalam secure attachment, seorang pengasuh atauIbu menjadi dasar yang aman untuk mengeksplorasilingkungan,sedangkan dalam insecure attachment, biasanya anak akan menghindari bahkan menujukkan resistensi terhadap pengasuhnya. 
Hubungan antara emerging-adults dan orangtuanya meningkat ketika mereka meninggalkan rumah. Ada banyak strategi emerging-adults jika mereka kembali lagi tinggal bersama orangtuanya dengan bertujuan agar ke depannya tidak terjadi konflik, salah satunya adalah negosiasi, seperti membayar uang tagihan teleponnya sendiri, mencuci bajunya sendiri dan lain-lain.
Hubungan antara saudara jauh lebih banyak mengundang konflik daripada hubungan dengan individu lainnya. Namun, hubungan persaudaraan ini juga mengandung momen-momen positif. Urutan kelahiran juga sering menimbulkan banyak perdebatan, misalnya, anak yang lahir terakhir dibanding anak yang lahir pertama lebih manja.

Perubahan keluarga dalam masyarakat yang berubah
Salah satu yang dapat mempengaruhi perkembangan remajaadalah perceraian. Remaja yang berasal dari keluarga yang bercerai memiliki masalah emosional dan penyesuaian diri yang buruk. Jika perpisahan orang tua dapat mengurangi ketegangan keluarga, maka perceraian mungkin merupakan pilihan yang tepat, tetapi apabila setelah perce-raian,timbul masalah yang lebih besar, lebih baik jika keluarga tersebut dipertahankan. Kepribadian dan temperamen berperan dalam penyesuaian diri remaja di keluarga yang bercerai. Relokasi yang terjadi setelah perceraian juga dapat menyebabkan kurangnya penyesuaian diri yang efektif.  Orang tua yang menikah kembali memunculkankeluarga tiri. Ada beberapa tipe keluarga tiri yaitu ayah tiri, ibu tiri, dan campuran. Keluarga tiri campuran adalah anak diperkenalkan dengan keluarga barunya. Penyesuaian diri anak dalam keluarga tiri membutuhkan waktu yang lebih lama daripada anak yang orang tuanya bercerai. Salah satu penyebabnya adalah boundary ambiguity. Orang tua yang bekerja juga berpengaruh pada perkembangan remaja. Ketika orang tua bekerja, mereka cenderung memberikan kunci rumah pada remaja agar ia bisa memasuki rumah walau orang tua belum selesai bekerja. Hal tersebut sebagai latchkey adolescence.
Adopsi adalah proses sosial dan legal untuk membentuk relasi orangtua–anak pada mereka yang tidak memiliki hubungan biologis. Sebuah studi menunjukan bahwa remaja adopsi memiliki tingkat penyesuaian diri yang lebih rendah. Cara pengasuhan yang efektif untuk anak adopsi sebenarnya tidak berbeda dengan cara pengasuhan anak kandung. Orang tua perlu memberikan dukungan dan perhatian, selalu terlibat dan mengawasi perilaku serta keberadaan anak-anak, menjadi komunikator yang baik, dan membantu anaknya belajar mengembangkan pengendalian diri.
Orang tua homoseksual. Para peneliti menemukan hampir tidak ada perbedaan antara remaja yang dibesarkan oleh orang tua homoseksual dengan remaja yang dibesarkan oleh orang tua normal.
Sebuah studi menemukan bahwa pola asuh yang paling banyak ditemui adalah gaya asuh yang hangat dan terkendali. Gaya ini tidak bersifat permisif maupun membatasi.

The Carnegie Council on Adolescent Development mengidentifikasi beberapa peluang untuk meningkatkan kebijakan sosial tentang orang tua dan anak remajanya, diantaranya yaitu sekolah dan organisasi remaja lain sebaiknya memeriksa sejauh mana keterlibatan orang tua dalam aktivitas-aktivitas remaja dan melibatkan mereka pada aktivitas yang mereka sukai; para profesional yang berhubungan langsung dengan para remaja sebaiknya tidak hanya menangani remaja, tetapi juga berinteraksi dengan keluarga remaja; para pemberi kerja sebaiknya memperluas kebijakan ditempat kerja agar tidak hanya diperuntukan bagi orang tua yang memiliki anak-anak kecil; institusi komunitas seharusnya lebih banyak terlibat dalam menyediakan program-program seusai sekolah.

sumber: Adolescent 13th, Santrock

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persepsi Bicara

Top-Down Processing and Visual Object Recognition

Arboretum Unpad: Botanical Garden Kampus Jatinangor