Consciousness
Kesadaran dianggap sebagai suatu objek yang kontroversial dikarenakan beragamnya definisi yang mencoba menjelaskan istilah ini. Matlin memilih definisi yang dikemukakan oleh Davies dan Hobson dalam menjelaskan kesadaran, yaitu suatu kewaspadaan yang dimiliki manusia terhadap dunia luar, persepsi, gambaran, pikiran, memori, serta perasaan mereka. Sehingga dari definisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kesadaran meliputi persepsi terhadap dunia luar, gambaran visual, obrolan dengan diri sendiri, ingatan mengenai kejadian, keyakinan tentang dunia luar, rencana kegiatan esok hari, dan sikap terhadap orang lain. Tidak jauh berbeda, Kihlstrom (2007) mendefinisikan bahwa kesadaran terdiri dari dua hal penting yaitu monitoring dan controlling.
Kesadaran memiliki kemiripan dengan atensi. Namun, proses yang terjadi berbeda. Kita tidak sadar atau waspada ketika terjadi automatic-processing, misalnya sewaktu menyetir, secara otomatis kita menginjak rem ketika melihat lampu merah. Saat itu terjadi, mungkin kita tidak menyadari sepenuhnya telah menginjak rem. Kesimpulannya, kesadaran berkaitan dengan sesuatu yang dikontrol, focused attention yang tidak otomatis.
Ada tiga isu yang melingkupi tema kesadaran, yaitu kemampuan kita dalam membawa thoughtske dalam kesadaran, namun tidak mampu melepaskannya, dan blindsight.
Our ability to bring thoughts into consciousness. Kita mampu membawa pikiran ke dalam alam sadar. Contohnya begini, misalnya Anda ditanya apa nama belakang ibumu. Anda mungkin akan dengan mudah menjawab, seakan nama itu muncul begitu saja kedalam kesadaran Anda. Richard Nisbett dan Timothy Wilson (1977) menantang para psikolog kognitif dengan menyatakan bahwa kita seringkali mendapatkan sedikit akses langsung ke dalam pikiran. Kita mungkin sadar betul apa yang kita ucapkan atau hasil dari pemikiran, namun kita sulit untuk menjelaskan proses apa yang terjadi. Contoh lain adalah ketika seseorang berhasil memecahkan suatu masalah, namun saat diminta menjelaskan mengapa ia mampu, ia hanya menjawab “sepertinya jawaban itu datang begitu saja”.
Our inability to let thoughts escape from consciousness. Kita seringkali tak mampu untuk mengeluarkan pikiran dari alam sadar, misalnya, sebut saja namanya Mawar, ia diputuskan secara sepihak oleh pacarnya. Lalu Mawar berusaha keras untuk melupakan mantannya itu, membuang semua hal yang berkaitan dengan mantannya itu. Namun, semua yang dilakukan Mawar sepertinya sia-sia, ia tetap tak mampu melupakan mantan pacarnya.
Wegner menggunakan frasa ironic effects of mental control untuk menjelaskan keberbalikan ketika kita berusaha menekan pikiran keluar dari kesadaran. Wegner juga menghubungkan fenomena ini dengan dua pemprosesan, yaitu pemprosesan terkendali dan otomatis. Pemrosesan terkendali terjadi ketika Anda memikirkan sesuatu yang memang ingin dipikirkan atau bukan hal yang tidak ingin dipikirkan, dalam contoh tadi, Mawar secara terkontrol memikirkan teman-temannya, makanan, dan lain-lain alih-alih tidak memikirkan mantan pacarnya. Namun, seiring pemprosesan terkendali, terjadi pula pemprosesan otomatis yang seakan mencari-cari tanda dari sesuatu yang ingin ditekan tadi (mantan pacar Mawar), pemrosesan ini terjadi dengan sedikit atensi. Ketika Anda menghentikan controlled processing, sayangnya automatic processing tetap terjadi. Akibatnya, Anda mengalami rebound effect, yangmana pikiran-pikiran yang sebelumnya ingin ditekan menjadi overpopulating dalam kesadaran. Itulah mengapa, kita seringkali tidak mampu dalam menekan pikiran keluar dari kesadaran.
Blindsight. Ini merupakan suatu kondisi dimana seseorang yang mengalami kerusakan pada visual cortex mengaku tidak mampu melihat objek. Namun, ia mampu secara akurat melaporkan beberapa karakteristik dari objek tersebut. Blindsight merupakan salah satu jenis tak-biasa dari penglihatan tanpa melibatkan awareness. Contohnya, sebuah titik cahaya diarahkan 100 ke kanan dari pusat penglihatan, orang yang mengalami blindsight mengaku bahwa mereka tidak melihat cahaya tersebut, dan hanya menebak-nebak lokasinya. Namun, ternyata mereka menebak lebih baik dibandingkan hanya kebetulan, bahkan seringkali mendekati sempurna (Weiskrantz, 1997).
sumber: Cognition 6ed, Matlin
Komentar
Posting Komentar