Tipologi


Dalam upaya memahami kepribadian manusia, selain melalui pendekatan pseudopsychology, Hippocrates dan Galenus berusaha memahami kepribadian melalui cairan badaniah. Hippocrates berpendapat bahwa terdapat empat unsur dasar (air, udara, api, dan tanah) dalam diri manusia yang berhubungan dengan cairan-cairan yang terdapat dalam tubuh orang tersebut dengan proporsi tertentu yang mengakibatkan perbedaan kepribadian seseorang tersebut.
-          Sifat api terdapat dalam yellow bile
-          Sifat tanah terdapat dalam black bile
-          Sifat air terdapat dalam phleth
-          Sifat udara terdapat dalam blood
Sependapat dengan Hippocrates, tipe kepribadian manusia didasarkan pada keseimbangan empat macam cairan, yaitu darah (sanguinis), hormonal (phleg-matic), kelenjar hati (choleric), dan kelenjar empedu (melancholis). Menurut Gelanus, temperamen adalah sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai akibat dari dominansi salah satu cairan badaniah tersebut.

Tipologi berdasarkan temperamen
Dari berbagai definisi para tokoh tentang temperamen, dapat disimpulkan bahwa temperamen merupakan aspek kejiwaan, dipengaruhi oleh konstitusi jaasmaniah, serta dibawa sejak lahir sehingga sulit diubah oleh pengaruh dari luar.
1.      Tipologi Plato. Plato membedakan jiwa menjadi tiga bagian, yaitu:
a.       Logos, yang berada di kepala, mencerminkan kebijaksanaan
b.      Thumos, yang berada di dada, mencerminkan keberanian
c.       Epithumid, yang berada di perut, mencerminkan penguasaan diri
Atas dasar pembagian itulah, Plato menggolongkan manusia ke dalam tiga tipe, yaitu:
a.       Orang yang dikuasai pikiran, seperti para pemimpin pemerintahan
b.      Orang yang dikuasai kemauan atau dorongan, seperti para tentara
c.       Orang yang dikuasai hasrat/punya tujuan, seperti para pekerja tangan

2.      Mazhab Perancis
-            Tipologi Queyrat, menyusun tiplogi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Ia menyusun sembilan tipe manusia proporsi/dominansi daya-daya jiwa itu. Kesembilan tipe ter-sebut yaitu tipe mediatif, emosional, aktif, mediatif-emosional, aktif-emosional, aktif-mediatif, seimbang, amoroph, apathis, tak-stabil, tak teguh hati, kontradiktoris, hyphochondris, melancholis, dan histeris
-            Tipologi Malapert, juga menyusun penggolongan manusia atas dominansi aspek-aspek kejiwaan. Pengklasifikasiannya tersebut dibagi menjadi empat tipe, yaitu tipe intelektual (analitis, reflektif), tipe afektif (emosional, bernafsu), tipe voluntir (tanpa kemauan, besar kemauan), tipe aktif (tak aktif, aktif)

3.      Tipologi Kant dan Neo-Kantianisme
-          Tipologi Kant
Kant menganggap temperamen mengandung dua aspek, yaitu aspek fisiologis (konstitusi jasmaniah) dan aspek psikologis. Ia kemudian menggolongkan tipe manusia ke dalam empat tipe temperamen, yaitu temperamen sanguinis, temperamen melancholis, temperamen choleris, dan temperamen plegmatis. Orang dengan temperamen sanguinis ditandai dengan sifat yang selalu penuh harapan, peramah, dan periang, namun jarang menepati janji. Orang dengan temperamen melankolis ditandai dengan sifat yang penuh pertimbangan dan merupakan kebalikan dari sifat para sanguinis. Orang dengan temperamen choleris ditandai dengan sifat yang angin-anginan dan berorientasi pada keuntungan pribadi (apa yang akan ia dapatkan ketika ia melakukan sesuatu). Orang dengan temperamen pleghmatisditandai dengan sifat ketidakpekaannya.
-          Neo-Kantianisme
Salah seorang neo-Kantianisme yang terkenal adalah Enselhans. Penggolongannya sama saja dengan Kant, yaitu melancholis, sanguinis, plegmatis, dan choleris. Namun, ia membatasi temperamen ke dalam aspek kepekaan perasaan saja.

4.      Tipologi Julius Bahnsen.
Bahnsen merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan istilah karakterologi, dalam karyanya Beitrage zur Characterologie. Ia ber-pendapat bahwa kepribadian ditentukan oleh tiga macam kondisi keji-waan, yaitu temperamen dan kemauan, posodyne, dan daya susila. Me-nurut Bahnsen, temperamen ditentukan oleh empat faktor, yaitu spon-tanitas (kuat-lemah), reseptivitas (cepat-lambat), impresionabilitas (men-dalam-tidak mendalam), reaktivitas (lama-tidak lama). Keempat faktor ter-sebut dikombinasikan sehingga muncul 16 variasi temperamen. Kemauan, dianggap penting oleh Bahnsen, karena dianggap pengendali sebagian besar tingkah laku manusia. Posodyne, menurut Bahnsen, merupakan ketabahan manusia dalam menghadapi penderitaannya. Sedangkan, daya susila merupakan kecakapan manusia untuk membedakan dan meyakini mana hal yang baik dan yang buruk, serta mengatur tingkah lakunya sesuai dengan keyakinannya tersebut.

  • Tipologi Heymans
Menurut Heymans, dasar klasifikasi kepribadian manusia adalah tiga macam kualitas kejiwaan, yaitu emosionalitas, proses pengiring, dan aktivitas. Emosionalitas yaitu mudah atau tidaknya perasaan seseorang terpengaruh oleh kesan-kesan dari dunia luar. Proses pengiring yaitu banyak sedikitnya kesan-kesan tersebut berpengaruh kepada kesadaran ketika ia tidak lagi ada dalam area kesadaran. Aktivitas merupakan intensitas seseorang meyatakan diri dan mengaktualisasikan perasaan dan pikiran-pikirannya. Dari tiga kualitas kejiawaan diatas, Heymans menyim-pulkan kepribadian manusia ke dalam delapan tipe yang direpresentasikan dalam gambara kubus.
Kubus Heymans

  • Tipologi Ewald
Ewald memyusun tipologinya ke dalam busur refleks, yang menyatakan bahwa tingkah laku tersusun atas tiga stadia, yaitu penerimaan rangsang, penyimpanan dan pengolahan kesan, dan reaksi.

Stadium I (Eindrucksfahingkeit) merupakan kemampuan dalam menerima kesan-kesan atau kepekaan terhadap rangsangan. Ada kepekaan terhadap perasaan-perasaan tinggi atau Empfinadlichkeit, dan kepekaan terhadap perasaan-perasaan instinktif atau triebesfahhigkeit. Stadium II terdiri dari dua hal yaitu penyimpanan (apakah seseorang dapat menyimpan kesan-kesan tersebut dalam waktu yang lama atau tidak) atau Retentionsfahigkeit, dan pengolahan (kemampuan dalam mengolah kesan-kesan) atau Intrapsychiche Aktivitat. Stadium ketiga yaitu kemampuan untuk menjalankan apa yang telah diolah dalam bentuk reaksi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persepsi Bicara

Top-Down Processing and Visual Object Recognition

Arboretum Unpad: Botanical Garden Kampus Jatinangor