Rasionalisme dan Empirisme

            Rasionalisme merupakan suatu paham yang menyatakan bahwa realitas hanya bisa dijelaskan dengan rasio atau akal. Contohnya yaitu ungkapan Rene Descartes, cogito ergo sum, aku berpikir maka aku ada. Berpikir adalah satu-satunya yang tidak bisa diragukan karena aku yang meragukan adalah aku yang berpikir. Tidak mungkin ada keraguan tanpa ada yang meragukan, sedangkan indera itu menipu dan tidak pasti, misalnya,ketika ia mencium aroma makanan, belum tentu aroma makananlah yang se-benarnya ia cium, karena bisa jadi pada saat itu ia sedang lapar, sehingga apa yang ia cium seakan-akan adalah makanan.Contoh yang lain yaitu teori geometri. Para rasio-nalis berdalil bahwa aksioma dasar geometri, misalnya, sebuah garis lurus merupakan jarak yang terdekat antara dua titik, adalah idea yang jelas dan tegas yang “baru kemu-dian” dapat diketahui oleh manusia.
            Empirisme merupakan paham yang menyatakan bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman inderawi manusia. Tidak ada pengetahuan yang tidak berasal dari pengalaman. Contoh: Teori tabula rasa yang dikemukakan oleh John Locke. Ia mene-gaskan bahwa jiwa atau pikiran manusia pada dasarnya adalah seperti kertas kosong, pengalamanlah yang mengisi jiwa atau pikiran itu. Misalnya, seseorang tumbuh menjadi manusia yang jahat ketika ia tinggal di lingkungan yang memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi, karena pengetahuan yang dimilikinya itu berhubungan dengan kejahatan.
            Ilmu pengetahuan, tentu saja mendasarkan diri pada fakta-fakta empiris. Namun, ilmu pengetahuan pun mengakui adanya pengetahuan a priori. A priori merupakan pengetahuan yang tidak diperoleh dari pengalaman, melainkan dari rasio atau akal. Contoh suatu pengetahuan yang diperoleh dengan menggabungkan kedua paham diatas yaitu pengetahuan mengenai pemahaman seseorang melalui bahasa tubuhnya, misalnya,pada awalnya, manusia memiliki pengalaman berinteraksi dengan beberapa orang ter-tentu yang menunjukkan bahasa tubuh yang sama serta menunjukkan suatu perilaku yang sama pula menyusul bahasa tubuhnya itu, misalnya, seseorang berkomunikasi dengan lawan bicaranya dengan melipat tangan di dada, kemudian ternyata ia tidak mau mendengarkan ketika lawannya itu berbicaraserta tidak mau mengubah jalan pikirannya sendiri. Dari pengalaman-pengalaman tersebut, dengan menggunakan rasio, manusia berpikir bahwa ketika ada seseorang yang berkomunikasi dengan melipat tangan di dada, itu berarti orang tersebut tidak mau mendengarkan pembicaraan lawan bicaranya. Oleh karena itu, saat seseorang merasa secara tidak sadar telah melipat tangannya di dada pada saat berkomunikasi, ia akan mengubah posisi tangannya tersebut agar tidak menyinggung perasaan lawan bicaranya.


Sumber:
Abidin, Zainal. 2010.Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
       Nierenberg, Gerald I. dan Hendry H. Calero. 2008. Membaca Pikiran Orang seperti Membaca Buku. Jogjakarta: Think.
http://bayu96ekonomos.wordpress.com/2008/05/06/rasionalisme-empirisme-dalam-pendekatan-keilmuan/ diakses pada tanggal 31 Oktober 2011 pukul 13.32

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persepsi Bicara

Top-Down Processing and Visual Object Recognition

Latar Belakang Pengenalan Objek Visual