Peranan Temperamen dalam Kepribadian
Telah banyak ahli yang mencoba mendefinisikan kepribadian. Diantaranya yaitu definisi yang diajukan oleh Gordon Allport, ia mendefinisikan kepribadian sebagai suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-psikis individu yang secara khas menentukan tingkah laku dan pemikiran individu. Interaksi psiko-fisik itulah yang mengarahkan perilaku individu. Jadi, kepribadian dapat disebut sebagai campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan, dan fisik. Salah satu yang membentuk kepribadian adalah temperamen. Secara umum, temperamen disimpulkan sebagai reaksi emosi menetap yang diturunkan secara genetik, dimana konstitusi fisik dan psikis nya saling mempengaruhi. Beberapa penelitian membuktikan bahwa sejak bayi, manusia telah memiliki temperamen, dan perbedaan-perbedaan dalam hal tingkat aktivitas, adaptabilitas terhadap lingkungan mempengaruhi kepribadian seseorang. Dalam bukunya “The Divine Message of DNA”, Kazuo Murakami menyimpulkan bahwa kepribadian sepe-nuhnya dikendalikan oleh gen yang ada dalam tubuh manusia.
Menurut Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari yang berasal dari dorongan biologis dan naluri psikoseksual. Hippocrates menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara temperamen dengan kepribadian. Temperan sendiri merupakan konstitusi psikis yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Temperamen juga dinyatakan memiliki hubungan yang sangat erat dengan faktor-faktor biologis dan fisiologis (Sujanto, 2006). Galen membagi tipe kepribadian berdasarkan temperamen tersebut ke dalam empat garis besar, yaitu orang dengan kepribadian choleris (individu yang berdarah panas), kepribadian sanguinis (individu yang berdarah ringan), kepribadian melancholis (individu yang berdarah berat), dan kepribadian phlegmatis (individu yang berdarah dingin).
Dari pembagian di atas, dikatakan bahwa, seperti yang kita tahu, orang dengan kepribadian choleris, atau individu yang berdarah panas, cenderung mudah marah, optimis, dan memiliki semangat yang tinggi. Sebaliknya dengan individu yang berkepribadian phlegmatis, atau individu yang berdarah dingin, mereka cenderung lebih tenang. Berbeda lagi dengan individu yang berkepriba-dian sanguinis, atau individu yang berdarah ringan, mereka cenderung ramah, periang, dan selalu penuh harapan. Sebaliknya dengan kepribadian melancholis, atau individu yang berdarah berat, mereka cenderung mudah merasa kecewa dan pesimistis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa temperamen memiliki peranan dalam pembentukan kepribadian seseorang
Sumber yang mendukung:
http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/mengenal %20tipe%20kepribadian%20dan%20kesadaran%20manusia.pdf diakses pada 27 Mei 2012.
Komentar
Posting Komentar