Hubungan Temperamen dengan Kepribadian
Telah banyak ahli yang mencoba mendefinisikan kepribadian. Diantaranya yaitu definisi yang diajukan oleh Gordon Allport, ia mendefinisikan kepribadian sebagai suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-psikis individu yang secara khas menentukan tingkah laku dan pemikiran individu. Interaksi psiko-fisik itulah yang mengarahkan perilaku individu. Jadi, kepribadian dapat disebut sebagai campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan, dan fisik. Salah satu yang membentuk kepribadian adalah temperamen. Secara umum, temperamen disimpulkan sebagai reaksi emosi menetap yang diturunkan secara genetik, dimana konstitusi fisik dan psikis nya saling mempengaruhi. Berbagai ahli juga telah berusaha mendefinisikan temperamen, diantaranya yaitu Gordon Allport yang mengatakan bahwa “Temperamen adalah gejala karakteristik dari-pada sifat emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan”. Beberapa penelitian membuktikan bahwa sejak bayi, manusia telah memiliki temperamen, dan perbedaan-perbedaan dalam hal tingkat aktivitas, adaptabilitas terhadap lingkungan mempengaruhi kepribadian seseorang. Dalam bukunya “The Divine Message of DNA”, Kazuo Murakami menyimpulkan bahwa kepribadian sepenuhnya dikendalikan oleh gen yang ada dalam tubuh manusia. Namun, selain dipengaruhi oleh genetik, kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh spontani-tas, reaktifitas, impresionabilitas, dan reseptivitas seseorang. Spontanitas merupa-kan kemampuan untuk dapat terlepas dari pengaruh orang lain, reaktivitas meru-pakan lama atau tidaknya suatu kesan mempengaruhi jiwa seseorang, impresio-nabilitas merupakan tingkat kedalaman suatu pengaruh terhadap kejiwaan sese-orang, sedangkan reseptivitas merupakan cara bagaimana seseorang menerima suatu kesan. Menurut Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari yang berasal dari dorongan biologis dan naluri psikoseksual. Hippocrates menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara temperamen dengan kepribadian. Temperan sendiri merupakan konstitusi psikis yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Temperamen juga dinyatakan memiliki hubungan yang sangat erat dengan faktor-faktor biologis dan fisiologis (Sujanto, 2006). Galen membagi tipe kepribadian berdasarkan temperamen tersebut ke dalam empat garis besar, yaitu orang dengan kepribadian choleris (individu yang berdarah panas), kepribadian sanguinis (individu yang berdarah ringan), kepribadian melancholis (individu yang berdarah berat), dan kepribadian phlegmatis (individu yang berdarah dingin).
Dari pembagian di atas, dikatakan bahwa, seperti yang kita tahu, orang dengan kepribadian choleris, atau individu yang berdarah panas, cenderung mudah marah, optimis, dan memiliki semangat yang tinggi. Sebaliknya dengan individu yang berkepribadian phlegmatis, atau individu yang berdarah dingin, mereka cenderung lebih tenang. Berbeda lagi dengan individu yang berkepriba-dian sanguinis, atau individu yang berdarah ringan, mereka cenderung ramah, periang, dan selalu penuh harapan. Sebaliknya dengan kepribadian melancholis, atau individu yang berdarah berat, mereka cenderung mudah merasa kecewa dan pesimistis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa temperamen memiliki peranan dalam pembentukan kepribadian seseorang. Temperamen dan kepriba-dian merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tempramen memiliki hubungan yang sangat erat dengan struktur, dinamika, pertumbuhan dan perkembangan kepribadian.
Komentar
Posting Komentar