Epistemologi
Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji esensi dari pengetahuan. Tidak seperti orang awam pada umumnya, para filsuf mempertanyakan validitas dari suatu pengetahuan yang telah diyakini atau dipercaya. Kenyataannya me-nunjukkan bahwa pengetahuan yang kita miliki seringkali berbeda dari kenyataan yang sebenarnya, misalnya, kita melihat seolah-olah pensil yang berada di dalam air itu beng-kok, padahal pada kenyataannya pensil itu lurus, tidak bengkok ataupun patah. Selain itu, para filsuf juga mempertanyakan tentang bagaimana pengetahuan yang tidak bisa diperoleh melalui pancaindera, misalnya, metafisika dan juga agama. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para filsuf di atas merupakan bagian dari masalah-masalah yang dikaji dalam epistemologi.
Untuk menjawab pertanyaan apakah manusia dapat mencapai pengetahuan yang benar, ada sejumlah aliran dalam filsafat yang berusaha menjawabnya, diantaranya yaitu:
a. Skeptisisme. Paham ini meragukan kebenaran pengetahuan manusia karena manusia memiliki rasio dan indera yang sangat terbatas, sedangkan gejala atau realitas selalu berubah-ubah. Oleh karena itu, menurut paham ini, manusia tidak mungkin mencapai pengetahuan yang sejati
b. Realisme Naif. Paham ini percaya bahwa pengetahuan sangat dimungkinkan sejauh pengetahuan itu dapat diamati dan dibuktikan melalui indera karena, menurut paham ini, pengetahuan kita adalah gambaran yang sesungguhnya dari realitas luar kita. Du-nia adalah sebagaimana yang tampak pada indera kita atau sebagaimana ia memani-festasikan diri ke dalam kesadaran kita.
c. Skeptisisme Descartes. Menurut Decartes, segala sesuatu dapat diragukan kebenarannya, kecuali aku--yang meragukan, harus ada sebelum meragukan apa pun. Keberadaanku merupakan fakta yang sangat kuat, yang tidak bisa diragukan. Oleh karena itu, aku merupakan starting point, sekaligus ending point untuk setiap penge-tahuan.
d. Realisme Kritis. Paham ini menambahi pernyataan aliran realisme naif karena selain pengalaman indera, ia juga mengakui adanya peran pikiran manusia. Ide-ide dan konsep-konsep yang dimiliki harus selalu bersesuaian dengan data/dunia luar. Jika tidak, berarti ide-ide dan konsep-konsep tersebut keliru.
e. Kritisisme Kant. Paham ini beranggapan bahwa realitas pada dasarnya terbagi ke da-lam dua dunia, yaitu dunia fenomenal dan dunia noumenal. Namun, pengetahuan manusia terbatas hanya pada dunia fenomenal atau dunia pengalaman. Kita tidak mengetahui apa pun di luar dunia pengalaman, misalnya, kita mengenal sahabat kita, mengetahui apa kesukaannya, tinggi badannya, dan lain-lain, tetapi kita tidak bisa menjangkau eksistensi dia sesungguhnya (dunia noumenalnya), terbukti bahwa kita sering berselisih paham dengannya.
Sumber:
Abidin, Zainal. 2010.Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nierenberg, Gerald I. dan Hendry H. Calero. 2008. Membaca Pikiran Orang seperti Membaca Buku. Jogjakarta: Think.
http://bayu96ekonomos.wordpress.com/2008/05/06/rasionalisme-empirisme-dalam-pendekatan-keilmuan/ diakses pada tanggal 31 Oktober 2011 pukul 13.32
Komentar
Posting Komentar