PERUBAHAN KECIL UNTUK INDONESIA YANG LEBIH BAIK
Selama lebih dari setengah abad, Indonesia telah berdiri sebagai sebuah negara yang merdeka. Berbagai perbaikan terus dilakukan demi kemajuan bangsa ini. Namun, masih sepertinya belum terlihat adanya kemajuan yang signifikan pada bangsa ini. Lantas, apa yang salah dengan bangsa ini? Sistemnya kah? atau orang-orang yang terlibat di dalamnya?
Tak dapat dipungkiri bahwa keduanya memberikan andil yang sama besar dalam keberlangsungan bangsa ini. Bukanlah hal yang mudah ketika kita menyalahkan sistem yang ada, lalu berusaha mengubahnya tanpa didasari oleh kecerdasan, mental, dan karakter yang kuat. Analoginya seperti ini, sistem diibaratkan sebagai sungai yang sangat kotor, dan ada seseorang yang ingin mencoba membersihkannya, tetapi dengan tangan kosong. Lalu, apa yang terjadi? Orang itu pasti akan dengan mudah terkotori oleh sungai tersebut. Berbeda halnya ketika orang yang ingin membersihkannya adalah orang yang ‘berpikir’ dimana ia memiliki rencana untuk membersihkan sungai itu tanpa harus mengotori dirinya sendiri, misalnya, dengan cara menggunakan pelindung badan dan alat-alat lain yang dapat membantunya dalam proses pembersihan itu. Selain itu, sungai yang kotor tidak akan bersih jika yang membersihkannya hanya seorang diri, maka dari itu dibutuhkan orang yang lebih banyak untuk ikut membersihkannya sehingga ketika seseorang mulai lelah dan putus asa, ada orang lain yang selalu siap membantu dan membangkitkan semangatnya kembali.
Untuk membentuk insan-insan pemikir yang dapat 'membersihkan' sistem itulah, dibutuhkan pembinaan yang baik sedini mungkin. Ada beberapa hal kecil yang dapat dilakukan, yaitu yang pertama dengan menghilangkan pola pikir bahwa bangsa kita adalah pembelajar yang buruk. Salahnya sistem pendidikan yang selama ini diterapkan sejak masa kanak-kanak adalah siswa tidak dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran sehingga menimbulkan lebih banyak kekurangan daripada kelebihan. Sejak dulu, sekolah hanya mengajarkan kepada anak-anak untuk menghafal materi tanpa menghayati makna dari apa yang dihafal tersebut. Alhasil, hafalan-hafalan itu tidak bisa meresap ke dalam jiwanya, melainkan hanya terjebak dalam 'tenggorokan', seperti memakan permen tanpa merasakan rasa dari permen itu dan langsung menelannya. Tentu tidak enak bukan? Tak heran apabila kemudian banyak yang berpikir bahwa belajar merupakan hal yang sulit dan menjemukan. Oleh karena itu, sebaiknya paradigma pendidikan yang seperti itu diperbaiki dengan metode pendidikan yang lebih mendorong siswa untuk berpikir aktif. Terutama dalam mata pelajaran Kewarganegaraan dan Agama, dimana konten yang ada tidak harus dihafal, melainkan harus dipahami dan dihayati maknanya sehingga dapat memunculkan tunas-tunas muda yang berjiwa Pancasila dan Agamis. Selain itu, pola guru dalam mengajar juga sangat berpengaruh pada pola pikir apa yang terbentuk pada siswanya kelak. Cara mengajar guru yang kaku atau hanya mewajibkan ‘A’ pada muridnya dan menyalahkan semua yang bukan ‘A’ dapat mematikan ide kreatif siswa sehingga siswa itu nantinya hanya akan terpaku pada rules yang ada tanpa berusaha mengadakan suatu perbaikan yang inovatif. Padahal, kita semua merupakan individu-individu yang unik, yang memiliki gaya yang berbeda-beda dalam menguasai suatu pengetahuan. Kita tidak perlu menggunakan sistem yang disusun oleh orang lain yang, menurut kita, kaku dan sangat berat untuk dipakai, karena mencoba menyerap informasi baru dengan pendekatan yang tidak sesuai dengan kekuatan unik dan kebutuhan yang kita miliki adalah seperti mencoba berenang melawan arus yang deras: sulit bahkan seringkali mustahil untuk dilakukan.
Selanjutnya yaitu dengan membiasakan berpikir secara positif pada diri sendiri karena itu merupakan hipnotis pribadi yang akan memprogram pikiran kita untuk membuka pusat-pusat kreativitas. Dengan terus-menerus mengulang, dalam waktu yang cukup lama, bahwa kita mampu untuk melakukan sesuatu dengan baik, maka hal itu akan menjadikannya kenyataan yang pasti terjadi.
Kita juga harus bisa mematikan perasaan takut gagal. Jalan menuju sukses kerapkali ditebari dengan kegagalan, maka berharaplah untuk gagal, gapailah itu, sambut kegagalan itu. Pepatah mengatakan bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Perhatikan setiap gagasan yang tidak berfungsi selangkah pun untuk membawa kita lebih dekat kepada jawaban yang kita cari. Hal ini akan memberikan kebebasan kepada kita untuk mengambil kesempatan. Kita tak ingin hanya diam di tempat, bukan ?
Indonesia memang tidak akan langsung berubah menjadi baik dalam satu malam. Namun, dengan melakukan perbaikan-perbaikan kecil sejak saat ini, kita telah mulai melangkahkan kaki kita keluar dari zona nyaman yang sesungguhnya tidak membaikkan. Indonesia bukan hanya untuk kita, tetapi juga untuk masa depan anak cucu kita nanti. Perubahan kecil hari ini, akan berdampak besar di hari yang akan datang.
Komentar
Posting Komentar